Jumat, 09 Desember 2016



Semoga Allah selalu memberikan nikmat sehat lahir dan batin untuk mu.

Semoga Allah mendekap mu erat, dan menjagamu.

Semoga Allah menjadikan mu manusia yg lebih baik, bertambah iman dan ketakwaanya. Aamiin.


Semoga di waktu yg tepat, dihari yg Allah izinkan. semua nya akan menjadi nyata dan bahagia......

Minggu, 26 Juli 2009

There are many wishes in my life.
One of them, will be the signify change.
Let the star keep shining, but my life still go on with or without ure shine.
Because i believe there sky will give me another shine for my whole life.

Now i feel enough with my story.
And i'm sure it will become never ending!!

Try to open ur heart with the different ways.
And i'll be there for you anytime, anywhere...

Promise..!!! >. <

Rabu, 15 Juli 2009

Selasa, 14 Juli 2009

. . . Lucky . . .

Do you hear me,
I'm talking to you
Across the water across the deep blue ocean
Under the open sky, oh my, baby I'm trying
Boy I hear you in my dreams
I feel your whisper across the sea
I keep you with me in my heart
You make it easier when life gets hard

I'm lucky I'm in love with my best friend
Lucky to have been where I have been
Lucky to be coming home again

They don't know how long it takes
Waiting for a love like this
Every time we say goodbye
I wish we had one more kiss
I'll wait for you I promise you, I will

I'm lucky I'm in love with my best friend
Lucky to have been where I have been
Lucky to be coming home again
Lucky we're in love in every way
Lucky to have stayed where we have stayed
Lucky to be coming home someday

And so I'm sailing through the sea
To an island where we'll meet
You'll hear the music fill the air
I'll put a flower in your hair
Though the breezes through trees
Move so pretty you're all I see
As the world keeps spinning round
You hold me right here right now

I'm lucky I'm in love with my best friend
Lucky to have been where I have been
Lucky to be coming home again
I'm lucky we're in love in every way
Lucky to have stayed where we have stayed
Lucky to be coming home someday

from the bottom of my heart


Kamu tau, kenapa Tuhan menciptakan waktu? Karna DIA ingin manusia berlari. Bukan berjalan atau malah duduk terdiam. DIA ingin manusia berlari untuk mengejar tujuan hidupnya. Waktu adalah hitungan angka2 yang tidak dapat diputar kembali, walaupun dengan segenap jiwa kita meminta, ia akan meninggalkan manusia yang lemah jauh tertinggal di belakang.

Segala kejadian dan kesalahan masa lalu tidak mungkin untuk diperbarui dan tidak adil juga untuk selalu disesali. Hari ini, detik ini adalah waktu yang sebenarnya kita miliki, hari esok belum tentu akan menyapa kita lagi. Pandanglah hari ini. Kemarin sudah menjadi mimpi. Dan esok hari hanyalah sebuah visi. Tetapi, hari ini yang sungguh nyata, menjadikan kemarin sebagai mimpi kebahagiaan, dan setiap hari esok sebagai visi harapan. Meski demikian aku harap detik ini, esok dan selamanya saat umur kamu bertambah tidak akan ada lagi penyesalan dalam hidupmu. Semoga Mozaik terindah yang akan dihadiahkan Sang Pencipta untuk hari-harimu.

Nilai manusia, bukan bagaimana ia mati, melainkan bagaimana ia hidup; bukan apa yang diperoleh, melainkan apa yang telah diberikan; bukan apa pangkatnya, melainkan apa yang telah diperbuat dengan tugas yang diberikan Tuhan kepadanya.

Kebahagiaan datang jika kita berhenti mengeluh tentang kesulitan-kesulitan yang kita hadapi, dan mengucapkan terima kasih atas kesulitan-kesulitan yang tidak menimpa kita.


"i always miss you..."

Minggu, 12 Juli 2009

…Sebuah Janji…


Galau! Langit malam ini sudah sehitam arang, namun dia belum juga datang. Aku merasa bersalah atas pertengkaran kami kemarin. Hanya karena hal sepele yang aku besar-besarkan aku tega menampar pipinya. Kalau saja dia tau, betapa menyesalnya hati ini karena telah melukai perasaannya. Aku ingin memeluknya, dan meminta maafnya. Mungkinkah dia semarah itu padaku, hingga untuk bertemu saja dia sudah tidak mau. Padahal dia sudah berjanji untuk menemuiku malam ini. Atau mungkin, dia berbohong? Dan dia tak akan datang?

Aku memikirkan sesuatu terjadi padanya. Mungkin saat ini bundanya sedang sakit, sahabatnya kecopetan, rumahnya kebakaran, atau mungkin kucingnya mau melahirkan? Hihihi… Kalau memang semua itu benar, mengapa sampai saat ini dia tidak memberi kabar? Aku coba telepon rumahnya, namun tak ada jawaban. Handphone-nya pun tidak bisa dihubungi. Apa yang terjadi padanya? Atau dia sengaja mempermainkan janjinya padaku? Lalu, apa gunanya aku menunggu? Sempat terbesit dipikiranku untuk segera pergi dari taman ini. Tapi bagaimana kalau nanti dia datang? Aku tidak mau dianggap orang yang ingkar janji. Semua pengorbananku ini aku lakukan untuk membuktikan besarnya rasa sayangku kepadanya.

Baiklah, aku akan menepati janjiku untuk menunggunya, tegasku dalam hati. Ku sandarkan tubuhku dikursi taman yang penuh debu. Kupandangi langit malam ini, sepertinya bintang bermunculan semakin banyak menghiasi kelamnya malam. Hadirnya menemani aku dimalam yang kian larut. Teng…Teng…bunyi jam taman kota. Jarum panjang sudah dua kali melewati angka dua belas.

Tes! Titik-titik air turun dari langit mengenai kepalaku. Kemudian menetes lagi dan semakin lama semakin membasahi rambut dan tubuhku. Hujan! Gumamku. Haruskah aku pergi meninggalkan tempat ini? Dan meninggalkan dia yang tak kunjung datang? Sembari melipat kedua tangan didada, khayalanku melambung tinggi. Kalau saja, sekarang aku ada dirumah. Duduk dikursi goyang peninggalan nenek dekat perapian sambil menikmati secangkir teh hijau hangat, rasanya pasti tidak sedingin ini. Atau aku sedang berendam air hangat didalam bathtub kamarku dengan bunga-bunga bertebaran diatasnya dan tidak lupa wewangian aromatherapy bunga jasmine kesukaanku, yang mampu menenangkan pikiran.

Gelegeer…. Lamunan ku terbuyarkan oleh gemuruh suara petir. Tidak! Aku tidak boleh pergi. Aku sudah janji untuk menunggunya disini, walau apapun yang terjadi. Karena aku ingin meminta maaf kepadanya. Aku ingin dia tau, betapa galaunya hatiku saat ini. Sabar! Tunggu sebentar lagi. Aku percaya dia pasti datang. Aku mencoba memberi cahaya pada suramnya hatiku.

Detik demi detik berlalu seiring hembusan angin yang kian menusuk kulitku. Bodoh! Teriak ku kemudian. Dia datang terlambat, sangat terlambat, memang disengaja karena tidak ingin bertemu dengan ku. Aku telah mengecewakan hatinya. Dan dia memang tidak mau lagi memaafkan aku. Aku benar-benar bodoh telah menunggunya sekian lama. Kini titik-titik air tidak hanya turun dari langit, tapi juga dari kedua mataku. Mungkin pertengkaran kami kemarin adalah akhir dari segalanya. Karena, sampai detik ini aku tak tahu akan kejelasan hubungan kami.


Hati ini semakin dibuat galau. Rasanya aku ingin beranjak dari tempat ini. Kalaupun aku pergi, toh dia tidak akan menganggapku ingkar janji. Karena dia tidak akan pernah datang. Harapanku pun hanya menjadi asa belaka. Aku pikir, malam ini aku mendapatkan maafnya, dan kami bisa berbagi cerita bersama, menghabiskan sisa-sisa malam dibawah cahaya bulan purnama. Dan aku berharap sang fajar akan datang terlambat jika aku bersamanya. Tapi dimana dia sekarang? Lirihku dalam hati.

Rasanya kesabaranku telah mencapai puncaknya. Masa bodoh! Aku pergi saja! Jeritku dalam hati. Tak terasa air mataku sudah sederas air hujan. Aku memantapkan niat dan segera berjalan meninggalkan bangku taman.

Aku ingin mencari tempat berteduh. Langkah kakiku terhenti, ketika kudapati seorang berbadan tegap berdiri tepat dihadapanku. “Maaf ya…” Seseorang yang aku nanti akhirnya datang, seraya menaruh payung yang ia bawa keatas kepalaku. “Aku gak bermaksud membuat kamu menunggu…” Ucapnya pelan. Melihat kedatangannya aku sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi. Bibirku gemetar, badanku pun mulai menggigil kedinginan. Ku tumpahkan saja air mataku didadanya. Ia memelukku dengan sebelah tangannya. “Sayang, maaf karena aku cuma bisa nyusahin kamu. Tapi ini semua terjadi diluar kehendakku. Aku sangat menyesal tentang apa yang terjadi kemarin.” Ucapku sambil terus menagis.

Tes! Sesuatu mengenai wajahku, tapi kali ini bukan tetesan air hujan, karena aku berada dibawah payung. Aku segera menghapus tetesan itu, dan aku mendapati cairan berwarna merah yang sedikit kental. Darah? Tanya ku bingung. Dari mana darah ini? Aku melepaskan peulukannya, dan apa yang aku lihat? Dikeningnya penuh darah. “Kamu kenapa?” tanyaku kaget. “Oh ini jawabnya lirih, sambil memegang luka dikeningnya. “Tadi sewaktu perjalanan menuju taman, hujan deras membuat pengelihatanku terganggu. Dan entah kenapa rem mobilku tidak berfungsi. Lalu aku menabrak pohon besar tidak jauh dari sini. Setelah itu aku tidak sadarkan diri. Tak ada orang disekitar situ, jadi tidak ada yang melihat keberadaanku didalam mobil. Sampai akhirnya aku tersadar, dan aku langsung teringat janjiku. Akupun segera berlari untuk menepati janji ku. Janji untuk menemui belahan jiwaku malam ini. Aku pikir kamu sudah pergi meninggalkan tempat ini, tapi ternyata kamu masih setia menunggu sampai aku datang”. Mendengar penjelasannya, tangis ku makin menjadi. Ternyata ini semua bukan keinginannya. Dia gak salah! Justru aku yang jahat karena telah berfikir macam-macam tentang dirinya. Kamu memang malaikatku. “Sayang, maafkan aku…” Ucapku sambil memeluknya erat.

“Iya, aku juga minta maaf telah membuatmu cemas. Sekarang kamu bisa peluk aku.” Aku memeluknya semakin erat dan menumpahkan semua kegalauan hatiku lewat tetesan air mata haru.

“Kalau tangisan bisa bikin kamu lega, aku akan selalu ada disisi kamu sampai kamu merasa lega. Dan sampai kamu bisa maafin kesalahan aku. Sebenarnya aku gak mau lihat air mata mengalir dari kedua mata kamu, karena aku sangat mencintai kamu.” Lanjutnya sambil mengusap pipiku.”

Seketika itu pula harapan ku tumbuh lagi, tumbuh semakin besar dari sebelumnya. Aku percaya, semua ini adalah bagian dari rencana Tuhan yang telah dilukiskan dalam indahnya cinta. Dan aku berharap, sang fajar akan datang terlambat, karena aku tidak ingin semuanya berlalu begitu cepat.

rasa...

Tak kuasa melangkah saat hati dilanda bimbang.
Tak tau apa yang harus diperbuat meski semua telah jelas adanya.
Kadang hati dan langkah tak sejalan.
Seperti dilanda kemelut yang berkepanjangan.

Aku tak mampu berkata banyak,
tapi aku juga tak mampu menyimpan semuanya seorang diri.
Nalar saja tidak bisa menyelesaikan.
Apalagi dengan rasa!!

Sesuatu yang mudah berubah.
Terkadang senang, gembira, penuh canda tawa.
Namun ada saatnya sedih, tangis, singgah di dalamnya.
Sungguh sebuah realita kehidupan, yang tak mudah dicerna,
walau dengan hati sekalipun...